Tampilkan postingan dengan label Review. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Review. Tampilkan semua postingan


★ 9,8 / 10

Series yang diluncurkan pada tahun 2018 ini bercerita tentang 5 bersaudara yang besar di rumah berhantu yang diteror kembali saat salah satu dari mereka kembali ke rumah tersebut setelah bertahun tahun meninggalkan rumah tersebut dan akhirnya bunuh diri di sana. Kejadian ganjil mulai menimpa satu persatu dari mereka sampai akhirnya membongkar misteri apa yang sebenarnya meneror mereka selama ini.

Well could say this series is amazing! Hampir tanpa celah disetiap episodenya. Series ini seperti kuat disegala aspek. Story? Series ini sebenarnya menawarkan cerita mainstream yaitu keluarga di rumah berhantu, tampak mainstream sekali mengingat sudah bnyak sekali tayangan yg mengangkat tema ini. Tetapi bagian yg menariknya, series ini bukan berfokus pada kejadian dirumah tersebut, tetapi apa yang terjadi setelah bertahun-tahun mereka meninggalkan rumah tersebut.


Plot di series ini adalah maju mundur dengan memperlihatkan masalah di masa sekarang lalu dihubungkan dengan kejadian ganjil waktu mereka kecil dirumah tersebut. Berbagai kepingan 'hint' ending cerita seolah ditabur disela sela cerita. Bahkan gw sendiri gak nyangka ternyata apa yang jadi poin penting dari series ini selama ini ada didepan gw.

Selain itu series ini menawarkan beberapa plot twist yang ajib dan seru banget. Bukan semacam plot twist yg bikin lu keheranan tpi semacam plot twist yg bikin lu puas sambil brkata "loh ternyata selama ini begini toh". Sebagai serial horor, well i could say ini sukses banget menghadirkan sisi misteri dari materi yang ada.

Cinematography?
First i can tell you tone film ini cocok banget. Dengan tone yang low saturation dan kebanyakan scene gelap, suasana suram berasa banget di series ini. Lalu kalo kalian pernah nonton Daredevil season 3 kalian bakal tau di eps 4 ada one-take long shot di koridor. Series ini juga gamau kalah. Di eps 6 ada one-take long shot sekitar 17 menit yang memuat pertengkaran antara keluarga di rumah duka. Well teknik pengambilan gambarnya keren banget.

Satu poin plus lainnya series ini menawarkan gambaran setan yang baru dan inovatif (dan memang beberapa bkin merinding) bukan cuma sekedar setan wanita berbaju putih berambut panjang.
Ada satu hal lain lagi yg gak bisa saya ungkap karena mungkin bakal spoiler. Di episode ke-3 dari series ini menampilkan sebuah detail cerita yg bkin saya berdecak kagum yang bikin saya makin tertarik buat lanjutin series yang berjumlah sepuluh episode ini.

Overall ini recommend bget gaes! I just hope i can give perfect score!




★ 8/10

Pasca tayangnya Black Phanter dan Avengers : Infinity War, sebenarnya Ant-Man and the Wasp punya beban tersendiri karena dua film sebelumnya meraih antusias dan prestasi luar biasa.

Walau dengan plot yang simple, Ant-Man and the Wasp mampu mengeksekusi bahan plot tersebut menjadi tontonan yang segar dengan komedi dan joke yang lumayan. Jokenya bahkan lebih nendang dari film pertamanya.

Untuk karakternya, Scoot Lang hampir tidak mengalami kemajuan. Sementara itu Hank Pym mengalami perkembangan karakter yang pesat, dimana watak watak di komiknya mulai timbul. Not spoiler jika anda pengikut komik marvel, maka anda akan tau gimana karakter Hank Pym di komik. Untuk Evangeline Lily still badass tapi auranya tetap ketutupan ama Ant-Man. Gak kayak Black Widow dan Scarlet Witch yang punya aura menonjol sebagai superheroine.

Untuk masalah villainnya sendiri, God, same again. Kapan Marvel berani ngambil langkah maju untuk munculin villain yang bener-bener villain. I mean villain yang gak butuh alasan untuk jadi villain. Dia jadi villain ya karena dia suka. Untuk mengetahui apa motif dibalik Ghost menjadi villain, ya silahkan nonton saja. Sebenarnya motifnya jelas but tetap saja saya menunggu kehadiran seorang villain psikopat di MCU. Diluar itu Ghost mampu menampilkan karakter antagonis dengan baik. Sikap intimidasinya luar biasa dengan kebrutalan yang gak main main.


Masalah CGI atau semacamnya udah angkat tangan dah, Marvel juaranya.

Minusnya film ini banyak plot hole yang bertebaran disepanjang film yang bikin kepikiran loh kok gini, loh kok ini gak gitu. Ada juga beberapa scene dramatic yg kepaksa dijebol sama joke yang gak pada tempatnya yg bkin fokus dan tonenya pecah.

Overall filmnya bagus. Jokenya lebih berwarna dari Ant-Man pertama. Pengaplikasian Pym Particle yang bervariasi nambah keunikan trsendiri. Sebagai media untuk memperkenalkan Quantum Realms lebih lanjut, Ant-Man and the Wasp sukses melakukannya.

★ 8,5/10
Meet the most charismatic hero in Marvel Cinematic Universe, Jessica Jones!

Setelah sempat mendapat banyak pujian lewat season 1 nya yang luar biasa, Jessica Jones kembali mengudara di Netflix dengan season 2 nya. Season 2 Jessica Jones lebih menjelaskan konsep cerita yang lebih luas, apa yang selama ini tersembunyi dan tak nampak di season 1. Jessica Jones season 2 bukan hanya berfokus tentang Jessica Jones, tetapi juga tentang orang yang ada disekitar Jessica yang memberi pengaruh kepadanya.

Kita akan dibawa kemasa lalu yang kelam lewat banyak kilas balik yang menjelaskan bagaimana Jessica waktu muda, ataupun mengapa Jessica bisa mendapat kekuatannya. Dibuka dengan Jessica yang kembali ke kehidupan biasanya, seorang detektif yang sekaligus pencandu alcohol, setelah lepas dari terror Kilgrave di season sebelumnya. Namun siapa sangka kehidupan normalnya harus berakhir ketika seorang anak yang ternyata mempunyai kekuatan super tiba-tiba muncul didepannya dan terbunuh.

Jessica merasa bertanggung jawab atas kematian anak tersebut dan berusaha menemukan tabir dibalik misteri tersebut yang mana nantinya juga akan menyangkut dirinya dan membuka pertanyaan terbesar dalam hidupnya yang selama ini dia pertanyakan. Misteri tersebut ternyata mengarahkan dirinya ke ancaman yang berbahaya. Seperti yang saya katakan sebelumnya, season 2 berusaha menjelaskan apa yang buram di season pertama dengan perluasan aspek. Season kedua Jessica Jones menonjolkan humanitas dari Jessica Jones dan seolah menyerukan 'Jessica Jones juga seorang manusia'. Kita akan mengetahui bahwa Jessica tidak seperti itu, Trish tidak seperti ini dan itu sebenarnya tidak selalu begitu. Some plot change have power here.

Kita akan melihat perkembangan plot dan karakter yang signifikan di season kedua ini, dalam arti perkembangan ke arah positif. Bagaimana gejolak watak tiap pemeran berubah menjadi sesuatu yang tidak kita perkirakan sebelumnya. Siapa sangka ternyata Trish mempunyai masa lalu yang sangat kelam yang akhirnya mengubahnya menjadi salah satu karakter yang menjengkelkan di season kedua ini. Semua percepatan pengembangan karakter tersebut sepertinya untuk persiapan season selanjutnya.




Bicara tentang tone, season kedua ini agak berbeda dengan season pertamanya. Jika season pertama penuh dengan nuansa thriller-noir, maka season kedua ini lebih bervarisasi. Banyak adegan drama yang ditampilkan yang mampu menyampaikan emosi yang luar biasa. Minusnya feel dari genre thriller banyak berkurang. But it’s okay, ketambal sama konflik yang kompleks. Endingnya bagus, good point karena tidak menggantung. Overall season kedua ini pengembangan yang jauh berkembang dari season pertamanya dengan menambahkan banyak warna kedalamnya.

Adakah yang menantikan season ketiganya selain saya?
★ 9,50 / 10,00
oleh Zaky

My Mister bercerita tentang Park Dong Hoon seorang pria mapan berusia empat puluh tahunan dengan background keluarga baik-baik yang bekerja di sebuah perusahaan rekayasa struktural, tak seperti yang terlihat, sebenarnya dia memiliki problematika hidup yang berat baik dalam keluarga maupun tempat kerjanya, dalam timnya ada karyawati kontrak bernama Lee Ji An, seorang wanita pendiam berusia dua puluh tahunan dengan masa lalu yang kelam dan beban hidupnya yang bisa dinilai terlalu berat bagi anak seusianya. Singkat cerita, mereka mulai mengobati rasa sakit masing-masing dan mencari kebahagiaan sejati.

Ini adalah tentang manusia dengan luka mereka yang selalu basah dan tampak tiada terobati, ini adalah tentang bagaimana seseorang menemukan kebahagiaan dan rasa nyaman yang berhak dimiliki siapapun. Dalam drama ini tak akan ditemukan seorang yang benar-benar putih pun seorang yang benar-benar hitam. Manusiawi. Kita, para penonton, diperkenalkan dengan berupa-rupa karakter manusia dengan segala kealpaannya, drama ini seakan mempersilakan kita menilai sendiri bagaimana sejatinya setiap karakter yang ada dalam drama ini. Meskipun demikian, My Mister bukanlah drama yang cengeng, ia tidak mengurung penontonnya pada situasi pesimistis dengan penderitaan yang tiada ujungnya. Kita para penonton diberikan kesempatan berpikir tentang solusi yang seharusnya diambil oleh setiap karakternya.


Kekuatan utama yang dimiliki My Mister adalah bagaimana drama ini membangun suatu ikatan kuat antara kita dan setiap karakternya bahkan yang berstatus supporting character sekalipun, seperti Kwang Il si antagonis, sangat jarang bisa menemukan drama yang membuat kita bersimpati dengan karakter villain. Para penonton seakan dijamu dengan hidangan alakadarnya di dalam kehidupan mereka, yang mau tidak mau, suka atau tidak, kita harus menikmatinya. Adalah sebuah kekeliruan ketika ada yang berkata bahwa drama ini tidak mengandung unsur romance. Ini adalah kisah cinta yang sesungguhnya antar manusia, ketika mereka saling mengerti satu sama lain dan berbagi suka dan duka.

Drama ini mungkin tidak akan seistimewa itu tanpa para assemble cast yang diisi oleh para artis veteran maupun pendatang baru yang bermain sangat apik, tak terbayang jika karakter Dong Hoon tidak diperankan oleh Lee Sun Gyun, juga Lee Ji An yang dengan mengejutkannya diperankan sangat apik oleh IU/Lee Ji Eun, mengingat track record idol actress yang biasanya cenderung mengecewakan dalam berakting. Chemistry yang dibangun antara mereka berdua serta karakter lain sangat kuat terikat tanpa kendur.

Kurang lengkap rasanya jika tidak membicarakan seorang Kim Won Suk di bangku sutradara, lewat drama ini dia kembali mengukuhkan namanya sebagai salah satu sutradara drama terbaik Korea Selatan, naskah karya penulis Park Hae Won yang dimiliki My Mister sebenarnya sangat sederhana, tapi dengan begitu luar biasanya formula sederhana tersebut diracik sedemikian rupa menjadi tontonan level tinggi, sang sutradara dengan hebatnya mengemas dialog dan adegan sederhana menjadi begitu kuat, contoh kecilnya adalah ketika Lee Ji An untuk pertama kalinya mengucapkan terimakasih, lihatlah bagaimana adegan tersebut membuat para penonton terpaku dengan mata "gerimis". Sang sutradara juga berhasil menghidupkan suasana kantor seperti apa yang dilakukannya di Misaeng hanya saja disini, beliau memiliki opsi set lokasi yang lebih bervariasi. Pengambilan latar belakang cerita yang banyak dilakukan pada malam hari di musim dingin semakin menguatkan atmosfer kehidupan yang berat nan kelam.


Poin lain yang menjadikan drama ini spesial adalah keberhasilannya mengangkat isu-isu hangat yang berkembang dalam sosial masyarakat dewasa ini, seperti betapa kerasnya kehidupan di Korea, konflik dalam berumah tangga, persaingan kotor di dunia kerja, kesenjangan sosial, hubungan orang tua dan anak, peluang kerja yang sempit bagi sarjana, pahit manis berkecimpung di industri hiburan, bahkan hal-hal remeh seperti hubungan sunbae hoobae yang cukup sensitif dalam kultur Korea serta beberapa isu lainnya yang disajikan secara realistis dalam bentuk dialog ringan dengan selipan dark comedy yang menggelitik dan konflik-konflik yang cukup intens antara para karakter dalam drama ini.

My Mister atau Naui Ahjussi, betapa pun bagusnya drama ini, bukan berarti tanpa kekurangan, ada beberapa celah yang mungkin mengganggu atau setidaknya membuat kita mengharapkan lebih, seperti eksplorasi sebagian karakter yang terkesan kurang digali lagi, padahal jika seandainya lebih dieksplor akan berpotensi menguatkan cerita. Akan tetapi terlepas dari kekurangan tersebut, itu tidak begitu mengurangi keistimewaan drama berjumlah enam belas episode ini.

Overall, My Mister adalah salah satu sajian paling spesial bagi pecinta serial Korea tahun ini, menontonnya akan memberikan sensasi tersendiri, seperti menyeruput segelas kopi panas di musim penghujan, setiap episodenya merupakan kehangatan dan rasa pahit yang menyegarkan. Drama ini menegaskan kepada kita bahwa setiap manusia, sekelam apapun masa lalunya, betapa pun berat beban hidup yang dijalaninya mereka semua memiliki hak yang sama untuk menemukan rasa nyaman dan kebahagiaan.

thanks for Zaky untuk reviewnya~
★ 7.00 / 10.00

Serial TV Riverdale adalah serial televisi drama remaja yang berfokus pada kejadian-kejadian di kota Riverdale . Riverdale sendiri diadaptasi dari komik yang diterbitkan oleh Archie Comics.

Riverdale menceritakan kisah hidup dari para remaja yang ada di kota Riverdale. Dimulai dengan misteri kematian salah satu murid kesayangan para guru yaitu Jason Blossom yang tewas di sungai Highriver. Misteri kematian dari Jason kemudian mulai membongkar satu demi satu misteri lainnya yang ada di kota Riverdale.

Porsi drama dari serial televisi Riverdale lebih banyak daripada misterinya sendiri. Oleh karena itu, topik cerita utama dari Riverdale bukan hanya seputar isu misteri kematian Jason Blossom dan menemukan pembunuhnya. Tetapi Riverdale menceritakan plot yang lebih dari hal tersebut seperti bagaimana kehidupan normal pada remaja di Amerika.


Riverdale sukses menggabungkan unsur misteri dan drama dengan baik. Riverdale menunjukkan cara bagaimana isu dan masalah para remaja bisa terhubung dengan plot utamanya, yaitu kematian Jason Blossom. Seperti kisah Archie Andrews yang mengejar karier musiknya, ataupun Betty Cooper yang berjuang melawan isu sosial untuk menegakkan kaum minoritas di Riverdale. Selain itu pengembangan dan perwatakan tiap karakter unik dan berbeda, membuka kita tertarik untuk terus mengikuti series ini.

Lalu untuk aktingnya sendiri, karena Riverdale disegmentasikan untuk para remaja, maka pemain yang dipakai pun sekedar aktor kelas B. Aktingnya biasa saja dan di beberapa bagian justru kelihatan cheesy. Seperti emosi dari Veronica Lodge yang gampang sekali menguap. Selain itu Riverdale ditabur dengan sejumlah plot jump dan plot hole di sepanjang episodenya. Hal itu benar-benar mengganggu.


Hal lain yang menjadi minus dari serial televisi Riverdale adalah kesan bertele-tele yang diciptakan lewat penyampaian cerita yang agak lambat. Pacingnya lambat dan seolah-olah mengambil langkah demi langkah dengan kadang kadang melompat untuk bisa mempercepat alur yang akhirnya malah menciptakan plot hole.


Konklusinya Riverdale adalah serial televisi barat yang layak untuk ditonton kok. Dengan misteri yang bikin penasaran dan drama remaja yang gregetan. Happy watching!
★ 8.00/10.00

Film ini adalah film ketiga dari trilogy Thor yang telah direncanakan oleh Marvel Studios. Sebagai film penutup dari trilogy tersebut, saya sangat puas dengan film ini. Pengembangan film yang jauh lebih pesat dari 2 film sebelumnya. Banyak unsur yang bisa dijadikan alasannya seperti villain yang lebih mengintimidasi hingga feel yang terasa di film. Here’s my review!

Plotnya saya rasa berjalan lancar dan fine-fine saja. Memang diawal terlihat seperti dikebut plotnya sehingga kita memerlukan perhatian lebih saat menonton bagian awal. Akan tetapi sepanjang film saya menikmati betul film ini. Cerita di Thor : Ragnarok ini pun kompleks sebenarnya, bukan hanya sekedar mencegah ‘kiamat para dewa’. Kita akan lebih mengenal apa itu Asgard dalam film ini. Beberapa scene bahkan membawa kita ke masa lalu untuk menunjukkan apa kilas balik dan motivasi dari Hela sendiri menyerang Asgard.

Untuk castingnya, saya bisa bilang luar biasa. Thumb up buat Cate Blanchett dan Tessa Thompson yang berperan sebagai Hela dan Valkryie. Cate Blanchett sebagai Hela disini badass banget sumpah. Mungkin dia salah satu villain di MCU yang paling keren versi gw. Apalagi Cate Blanchett yang adalah aktor peraih Oscar. Sifat intimidasi bukan hanya ditunjukkan Cate melalui tindakannya, tetapi suaranya dan gayanya yang memang serasa ‘mencekam’ abis. Hanya saja kekurangannya saya rasa proporsi adegan Hela di film ini masih kurang. Padahal saya menantikan duelnya dengan Thor lebih lama.

Valkryie yang diperankan Tessa Thompson juga apik banget! Nothing to say, she just cool! So cool malahan. Peran lainnya juga pas banget. Saya sendiri bisa melihat karakter dari Thor yang berkembang dari film-film sebelumnya. Apalagi chemistrynya dengan Loki yang jarang ditampilkan di film sebelumnya. Another cast was great too, Hulk, Grandmaster, maupun Korg yang diperankan oleh Taika Watiti sendiri. Except untuk Skurge, entah kenapa rasa peran Karl Urban sebagai Skurge kurang totalitas.

Untuk masalah joke, entah kenapa saya rasa joke disini kesannya smart banget. Semua joke pas dan ditempatkan pada posisi yang pas. Sebelum menonton jujur saya khawatir bahwa film ini akan jelek dan full joke. Nyatanya justru karena joke yang terkesan fresh dan cerdik, proporsi tone antara serius sama komedi di film ini begitu seimbang. Yang bikin nilai plus banget sendiri adalah scoringnya. For God Sake! Lagu Immigrant Song dari Led Zepellin sampai sekarang masih terngiang-ngiang dikepala saya. Penempatan lagu tersebut di filmnya begitu sempurna. Saya tidak bisa berkata-kata lagi.

"tell me what was you God of again!"

Beberapa plot twistnya cukup bikin saya sendiri kaget karena ada beberapa hal yang diubah dari komik aslinya. Bahkan ada beberapa adegan yang diubah dari trailernya. Jadi bisa dibilang trailernya nipu banget! Parah emang! Plot twistnya overall keren, akan tetapiiii….

Endingnya sendiri kurang ngena. Padahal rasanya belum klimaks tetapi justru diakhiri dengan kesan paksaan. Karakter Hela dimatikan dengan terburu-buru menurut saya. Selain itu juga saya sungguh kasian sama Warrior Three. Karakter yang dikembangkan selama bertahun-tahun terbunuh begitu saja sia-sia (sorry spoiler).

Untuk line-upnya dengan film MCU sebelumnya, yang paling besar dampaknya adalah dari film Thor : The Dark World. Karena menurut pendapat saya sendiri, alasan kenapa Odin menjadi kehilangan harapan hidup adalah karena dia kehilangan istrinya di film tersebut. Bahkan ada adegan di film ini yang menyinggung tentang dia. Selain itu kita akan melihat sebuah adegan legendaris dari The Avengers yang diperagakan ulang yang pastinya akan membuat kita ketawa karena nostalgia. Film ini akan membawa pengaruh besar ke dalam Marvel Cinematic Universe, jadi sebisa mungkin anda harus menonton film ini.


Overall, Thor : Ragnarok merupakan sebuah tontonan yang bagus yang bakal memuaskan kita semua. Ini bukan sekedar film superhero atau film komedi biasa. Konflik cerita yang kompleks dan tak terduga disajikan begitu lengkap dan indah disini dengan komedi dan skoring yang mengagumkan. Penutup dari trilogy Thor yang begitu sukses. Thump up!

Timeless adalah salah satu serial TV yang diluncurkan oleh NBC. Mengudara perdana pada tanggal 3 Oktober 2016, serial TV ini cukup mendapatkan perhatian, walau tidak setenar beberapa serial TV lainnya. Timeless adalah serial TV yang bergenre science-fiction atau sci-fi yang berpusat pada perjalanan waktu dengan sentuhan sejarah. Bercerita tentang sebuah mesin waktu yang dicuri dan menyebabkan kekhawatiran hebat, para peneliti akhirnya menugaskan seorang dosen sejarah, Lucy Preston (yang diperankan oleh Abigail Spencer); seorang mantan tentara, Wyatt Logan (yang diperankan oleh Matt Lanter); dan seorang teknisi mesin waktu, Rufus Carlin (yang diperankan oleh Malcolm Barrett); untuk mengejar sang pencuri dengan menggunakan prototype mesin waktu yang lebih sederhana dan menghentikannya.

Dari awal perjalanan mereka sudah berkomitmen untuk tidak melakukan aktivitas apapun di masa lalu yang kemungkinan berpotensi mengubah keadaan di masa sekarang. Namun karena sebuah kesalahan di awal, sejarah sedikit berubah di masa sekarang. Salah satunya keluarga Lucy Spencer, dimana adiknya menghilang. Lucy yang mendadak panik dan sedih menuntut agar adiknya dikembalikan. Dari hal tersebut dan pengejaran tanpa henti terhadap Garcia Flynn, sang antagonis yang mencuri mesin waktu, akhirnya misteri terungkap bagaimana motivasi dan kejadian sebenarnya didalam aksi petualangan waktu ini.

Saya langsung menonton serial TV yang satu ini begitu diluncurkan. Dan, episode menarik cukup menarik perhatian saya sehingga saya menyelesaikan serial TV yang satu ini dengan rutin tiap minggunya. Timeless mempunyai 16 episode, dimana setiap episodenya menayangkan sejarah yang berbeda. Setiap episode pasti dimulai dengan pemberitahuan bahwa Garcia Flynn menggunakan mesin waktu dan para tim mengejarnya. Selalu sama. Hal ini menjadi kelemahan dari Timeless. Polanya sama dan mudah tertebak, yang di beberapa kondisi membuat saya sempat bosan.

Salah satu hal positif yang saya suka dari serial TV ini adalah sejarahnya. Bisa dibilang walaupun basic dari Timeless adalah sci-fi, justru kesan sejarahnya lebih kuat. Tiap episode kita akan disajikan dengan sejarah yang berbeda, tempat yang berbeda dan waktu yang berbeda. Dan harus saya akui itu menambah wawasan saya. Selain itu totalitas dari latar di Timeless juga saya suka. Mereka tidak setengah-setengah dalam menggambarkan sebuah peristiwa sejarah terjadi di masa lalu. Cara mereka menggambarkan kronologi penting yang terjadi di masa lalu terkesan epik. Hal yang menjadi nilai plus lainnya adalah serial TV ini lebih banyak menggunakan properti asli daripada CGI. Thumb up! Selain itu ada beberapa episode yang bisa membuat kita ‘hype’ juga. Buat saya sendiri, di episode 9 dimana Lucy dan Wyatt harus menyamar dan berhadapan dengan sang pasangan criminal pembunuh adalah salah satu scene terbaik.

yuk travel ke masa lalu
Oke now for the minus. Timeless ini bisa dibilang serial TV yang benar-benar ringan. Hampir tak ada tone yang mencekam ataupun yang bikin goosebump di serial TV ini. Konfliknya ringan dan polanya sama. Hal seperti ini sebenarnya berpotensi menyebabkan penonton menjadi bosan. Selain itu cerita yang terkesan bertele-tele juga menjadi hal minus di film ini. Karena polanya sama dan berulang-ulang, eksekusi cerita di dalam serial TV ini menjadi terkesan bertele-tele. Sepanjang series kita hanya disajikan fakta bahwa Gracia Flynn sang antagonis, ingin mengubah sejarah karena dendamnya. Yup cuma itu konfliknya dan terus diulang tiap episodenya, dengan setting waktu dan tempat yang berbeda. Walaupun saya harus membuat pengecualian bahwa konflik tersebut semakin lama semakin dalam sehingga membongkar konspirasi besar didalamnya.

Selain itu menurut saya serial TV ini terlalu main aman. Mereka terkesan belum berani untuk memperdalam sisi sainsnya. Padahal banyak tayangan tentang time travel yang berpusat pada sains yang sukses, seperti Time Almanac. Timeless hanya mengandalkan steorotip ‘Jangan Ubah Sejarah’, dan jika ada kesalahan, mereka akan berusaha memperbaiki secepatnya. Padahal saya menantikan mereka terjebak di dimensi lain ataupun mengalami time-loop. Kenyataannya hal tersebut tidak terjadi sepanjang series.

Lucy Preston dan Wyatt Logan

Konklusinya, Timeless tetap layak untuk di tonton. Diantara banyaknya tayangan dengan genre mainstream, setidaknya ada satu series TV yang mau menggunakan konsep time travel. Ada informasi sejarah yang bagus untuk disimak di Timeless, walaupun ada beberapa yang hanyalah konspirasi. Oh ya ada plot twist di ending dari serial TV yang satu ini. Dan tentu saja plot twist tersebut membuat endingnya menggantung. Some shocking scene. Season 2 dari Timeless sendiri akan tayang tahun 2018 mendatang.
★2.5/10
Reiview by : Adhie Djaya Uthama

Dengan releasenya Pengabdi Setan minggu lalu, gua kira film Horror Indonesia sudah terstandarisasi. Tapi nyatanya...  tak sebagus yang diperkirakan, jauh melebihi ekspektasi. 
Nama Jose Poernomo dulu pernah dianggap sebagai ahlinya penebar terror di Indonesia. Lewat Jelangkung (2001) ia membantu membangunkan perfilman Indonesia dari mati surinya. Namun perlu diakui, bahwa akhir-akhir ini Jose Poernomo cenderung menghasilkan sajian horror yang "messy". Seperti Rumah Kentang, Rumah Gurita, KM97, dan lain-lain.
Tapi percayalah, apa yang dilakukan Jose di film-film sebelumnya masih dapat ditoleransi dan dimaafkan ketimbang kekonyolan total yang terjadi pada Ruqyah : The Exorcism.
Jika ini adalah sebuah film komedi, gua jelas akan memberikan score tinggi. Pasalnya, Ruqyah sukses membuat satu studio tertawa terbahak-bahak di setiap adegan seramnya. Jelas hal tersebut berbanding terbalik dengan tujuan dibuatnya film horror.
Mungkin jika masih sebatas tak seram, Ruqyah masih bisa dimaafkan. Masalahnya Ruqyah sudah menyentuh level susah untuk dinikmati.
Dialog-dialog yang datarnya bukan main, premis religi yang sayangnya hanya digunakan sebagai tempelan saja, cinematography alakadarnya, jumpscare yang hanya mengandalkan volume sound yang hanya mampu mengaget-ngageti penonton yang teramat penakut, dan yang paling membuat "melongo" adalah performa dari para castnya.
Evan Sanders yang selalu membuat mimik wajah yang aneh nan lucu setiap dirinya akting ketakutan. Celine Evangelista dengan akting kesurupannya, sukses membuat penontonnya merasa Awkward dan Cringey. Jujur gua bingung, dia itu sebenernya kesurupan atau salah minum antibiotik.
Sebetulnya, Ruqyah punya beberapa moment yang sanggup memberikan feeling horror pada penontonnya. Namun belum sampai puncak, moment-moment yang harusnya bisa menjadi seram dipaksa turun oleh kekonyolan yang sama.
Sudahlah, tak perlu dipanjang-panjangkan. Entah buatmu. Yang jelas, buat gua, Ruqyah adalah sebuah dagelan dan masalah. Semacam drama religi yang masuk bioskop.



(ps : thanks to mr Adhie Djaya Uthama for the review, im not claim this review is mine)